Kemerosotan pendidikan kita sudah terasa selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bahkan sekarang mencoba disempurnakan lagi dengan Kurikulum 2006. Perubahan kurikulum memang suatu keharusan bagi pengembangan pendidikan, tetapi tidak serta merta setiap perubahan tahun pembelajaran kurikulum ikut berubah sementara pelaksanaan kurikulum sebelumnya belum sempat terevaluasi bahkan di daerah pelosok belum sempat dilaksanakan.
Memperbincangkan perubahan kurikulum memang sangat menarik dan selalu aktual, sebagaimana diperdebatkan oleh Sdr. Nur Abadi dan
Kalau kita mau jujur, sebenarnya kurikulum bukan satu-satunya faktor yang paling menentukan bagi keberhasilan pendidikan. Kurangnya profesionalisme guru dalam memberikan pelayanan pendidikan juga harus diakui sebagai faktor penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Philip H. Coombs dalam bukunya “What is Educational Planning?”, paling tidak ada 4 tahapan permasalahan yang dilewati dunia pendidikan, yaitu ; 1) Tahap rekonstruksi, pendidikan dihadapkan pada permasalahan pengkondisian otoritas pendidikan, desentralisasi pendidikan, serta perencanaan fasilitas pendidikan 2) Tahap Ketenagakerjaan/Penyiapan SDM, pendidikan dihadapkan pada penyiapan tenaga kerja yang terampil dan cakap (tenaga ahli), 3) Tahap Perluasan/Pengembangan pendidikan meliputi pengembangan kurikulum, metode, pengujian, demokrasi pendidikan, serta adaptasi sistem pendidikan dan ekonomi, 4) Tahap Inovasi, berhubungan dengan perencanaan pendidikan dan strategi-strategi pengembangan.
Sedangkan di negara-negara berkembang, problematika pendidikan yang dihadapi antara lain adalah :
1. Ketidakseimbangan komponen-komponen sistem pendidikan, meliputi tenaga pendidik/guru, bangunan, peralatan, buku teks, dll.
2. Masalah kebutuhan dan kapasitas pendidikan yang terbatas sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk.
3. Masalah keterbatasan kemampuan anggaran pendidikan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan perencanaan pendidikan.
4. Masalah kurangnya lapangan pekerjaan bagi tenaga-tenaga terdidik.
5. Kesalahan-kesalahan pendidikan dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman, berhubungan dengan relevansi kurikulum, metode pendidikan dengan dunia kerja.
Secara umum problematika yang dihadapi lembaga pendidikan pada umumnya memiliki beberapa kesamaan sebagaimana yang telah dideskripsikan oleh
Kedua,
Ketiga,
Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan modern dan professional dengan bernuansa pendidikan.
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan. Profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat, dan faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.
Untuk menjadi guru yang memiliki atribut professional yang tinggi seorang guru dituntut untuk memiliki ciri
1.
2.
3.
4.
5.
Arifin (2000) mengemukakan guru
1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21,
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat
3. Pengembangan kemampuan professional berkesinambungan antara LPTK dengan praktik pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
2. Penguasaan ilmu yang kuat
3. Ketrampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan
4. Pengembangan profesi secara berkesinambungan .
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informatory, komunikator, transformator, change agent, innovator, konselor, evaluator dan administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, social, emosional dan ketrampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai professional.
µ Penulis adalah Praktisi Pendidikan di Madrasah Roudlotusysyubban dan
Alamat : MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar